-->

Makalah KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISLAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah tentang ‘Konsepsi Ketuhanan dalam islam’ ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi Anugerah serta Rahmat bagi seluruh alam semesta. Aamin..
Dan Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan agama ini .Disamping itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini sebagaimana mestinya.
selaku penyusun kami sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami  mohon kritik dan saran yang membangun agar kami  dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi kami selaku penyusun

Makassar, April 2017

Penyusun

I
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Makalah ini merupakan pemenuhan tugas Pendidikan Agama Islam yang memang harus terpenuhi sebagai nilai tambahan yang sudah ditentukan oleh pengajar disamping itu juga makalah ini sangat bermanfaat bagi pembaca karena pada makalah ini sedikit/banyaknya terdapat ilmu yang dapat diambil sebagai pengetahuan atau wawasan.
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang diberikan kesempurnaan dibandingkan makhluk lain, maka dari itu ada beberapa manusia yang memang menggunakan akalnya untuk mengkaji hal-hal yang belum ada sebagai rasa keingintauan seperti halnya pada makalah ini juga akan mengkaji yaitu diantaranya tentang filsafat Ketuhanan dalam Islam, keimanan dan ketakwaan, yang berisi dari berbagai sumber, agar makalah ini ada nilai banding dengan makalah lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Bagaimana ketentuan umum konsepsi ketuhanan dalam islam?
2. Bagaimana Pembuktian Wujud Tuhan Dalam Islam ?
3. Apa yang dimaksud Keimanan dan Ketakwaan ?
4.Apa yang dimaksud Tuhan yang Maha Esa?

1

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Menambah nilai dan memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui ketentuan umum ketuhanan Dalam Islam.
3. Untuk mengetahui pembuktian Wujud Tuhan Dalam Islam.
4. Untuk mengetahui apa itu Keimanan dan Ketakwaan.
5. Untuk mengetahui apa itu Tuhan yang Maha Esa












2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      FILSAFAT KETUHANAN ISLAM
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. (Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990, Hlm. 45)
Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT, kecintaan, pengharapan, ikhlas, kekhawatiran, tidak dalam ridho-Nya, tawakkal nilai yang harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual (QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah menuju dan berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar kepercayaan umat Muslim.

3
B.     Siapakah Tuhan itu?
Perkataan ilah, yang diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al-Quran dipakai untuk menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam QS : 45 (Al-Jatsiiyah) : 23, yaitu:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣)
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
Dalam QS : 28 (Al-Qashash) : 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ (٣٨)
dan berkata Fir'aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah Hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang Tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan Sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia Termasuk orang-orang pendusta".
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam Al-Quran juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna: ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Derifasi makna dari kata ilah tersebut mengandung makna bahwa ‘bertuhan nol’ atau atheisme adalah tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika Al-Quran sebagai berikut:
4
Tuhan (Ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-Ilah sebagai berikut:
Al-Ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertawakal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya (M. Imaduddin, 1989 : 56)
Atas dasar definisi ini, tuhan bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan manusia. Yang pasti, manusia tidak mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-tuhan. Berdasarkan logika Al-Quran, setiap manusia pasti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan begitu, orang-orang komunis pada hakikatnya ber-tuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “laa ilaaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

5
Untuk lebih jelas memahami tentang siapakah Allah, DR. M. Yusuf Musa menjelaskan dalam makalahnya yang berjudul “Al Ilahiyyat Baina Ibnu Sina wa Ibnu Rusyd” yang telah di edit oleh DR. Ahmad Daudy, MA dalam buku Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam. Beliau mengatakan : Dalam ajaran Islam, Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu ; tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa kehendak-Nya, serta tidak ada sesuatu yang kekal tanpa pemeliharaan-Nya. Allah SWT mengetahui segala sesuatu yang paling kecil dan paling halus sekali pun. Ia yang menciptakan alam ini, dari tidak ada kepada ada, tanpa perantara dari siapa pun. Ia memiliki berbagai sifat yang maha indah dan agung.





6
C.  PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN
Adanya alam organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
            Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta ?
Dalam al-Quran, penggambaran tentang pengakuan akan eksistensi Tuhan dapat ditemukan dalam Q.S al-Ankabut, 29: 61-63. Dalam ayat 61-63 dijelaskan bahwa: “bangsa arab yang penyembah berhala tidak menolak eksistensi pencipta langit dan bumi.
            Berdasarkan kandungan ayat ini, dapat dipahami bahwa bangsa arab sesungguhnya telah memahami dan meyakini akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi serta pengaturnya. Namun menurut al-Quran, ada segelintir anak manusia yang menolak  eksistensi tuhan, seperti penggambaran al-Quran dalam Q.S. al-Jasyiah (45): 24. Ayat ini  menegaskan bahwa: “mereka berkata: “ kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan didunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Penolakan akan eksistensi tuhan oleh sebagian kecil manusia itu, hanya didasarkan pada dugaan semata dan tidak didasarkan pada pengetahuan yang meyakinkan seperti ditegaskan dalam klausa penutup ayat 24 tersebut, yaitu:”mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

7
            Banyak sekali ayat yang terkandung dalam Al-Quran yang menjelaskan tentang keberadaan Allah sebagai tuhan semesta alam seperti yang terkandung dalam surah Ali-Imran ayat 62 yang artinya “sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan sungguh Allah Maha Perkasa , Maha Bijaksana.
            Keesaan Allah SWT adalah mutlak. Ia tidak dapat didampingi atau disejajarkan dengan yang lain. Sebagai umat Islam, yang mengikrarkan kalimat syahadat Laa ilaaha illa Allah harus menempatkan Allah SWT sebagai prioritas utama dalam setiap tindakan dan ucapannya.
Banyak sekali bukti-bukti yang dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa Tuhan adalah Wujud (ada). Bukti klasik yang sering digunakan adalah tentang adanya alam semesta. Setiap sesuatu  yang ada tentu diciptakan dan pencipta adalah Allah SWT Tuhan pencipta alam semesta. Pembuktian dengan pendekatan seperti diatas sebenarnya bukanlah hal baru lagi. Jauh sebelum umat Islam menggunakan pembuktian semacam itu, Plato telah mengemukakan teori dalam bukunya Timaeus yang mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan.

8
D.   KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Kata iman berasal dari Bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan yang secara etimologi berarti yakin atau percaya. Dalam surat Al-Baqarah 165, yang artinya “Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”.
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk mewujudkan harapan dan kemauan yang menuntut Allah kepadanya.
Dalam hadits dinyatakan bahwa iman adalah hati membenarkan,lisan mengucapkan dan dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari (tashdiiqun bil qolbi waiqroru bil lisan wa’amalu bil arkan) dan iman dalam Islam termaktub dalam rukun iman sedang aplikasinya didalam rukun islam.
Iman itu mengikat orang islam, ia terikat dengan segala aturan hukum yang ada dalam islam sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah. Oleh karenanya, orang Islam itu harus Iman, sehingga ia meyakini ajaran Islam dan secara totalitas mengamalkannya dalam seluruh kehidupannya.
Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama dalam memeluk suatu agama karena dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi bertaqwa.

9
Dalam surah Al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah. Oleh karena itu beriman kepada Allah berarti amat sangat cinta dan yakin terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan,  keimanan adalah pondasi yang menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut. Meskipun demikian keimanan saja tidak cukup ia harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita anut. Keimanan tidaklah sempurna jika hanya diyakini dalam hati tapi juga harus diwujudkan dengan diikrarkan oleh lisan dan dibuktikan dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Iman bukan hanya berarti percaya, melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim berbuat amal shaleh. Seseorang dikatakan beriman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai keyakinannya.
Berbicara masalah keimanan , kita bisa melihat takaran keimanan seseorang dari tanda-tandanya seperti :
1.  Jika menyebut atau mendengar nama Allah SWT hatinya bergetar, dan berusaha agar
Allah SWT tidak lepas dari ingatannya.
2.   Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan keimanan
3.   Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakan perintahnya
4.   Menafkahkan rizky yang diperolehnya di jalan Allah
5.   Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
6.   Memelihara amanah dan menepati janji

10
Manfaat dan pengaruh Iman dalam kehidupan manusia :
1.   Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda
2.   Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
3.   Iman memberikan ketentramann jiwa
4.   Iman mewujudkan kehidupan yang baik
5.   Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Demikianlah manfaat iman dalam kehidupan manusia, bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati manusia, tetapi dapat menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup Islami. Apabila suatu masyarakat terdiri dan orang-orang yang beriman, akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.
Kata taqwa berasal dari waqa-yaqi-wiqayah, yang berati takut, menjaga, memelihara, dan melindungi. Taqwa dapat diartikan memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama islam secara utuh dan konsisten (istiqomah).
hakikat takwa  sebagaimana yang disampaikan oleh Thalq bin Hubaib, “Takwa adalah engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan nur (petunjuk) dari Allah SWT karena mengharapkan pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena takut akan siksa-Nya."
Kata takwa juga sering digunakan untuk istilah menjaga diri atau menjauhi hal-hal yang diharamkan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ketika ditanya tentang takwa, beliau mengatakan, “Apakah kamu pernah melewati jalanan yang berduri?” Si penanya menjawab, ”Ya”. Beliau balik bertanya, “Lalu apa yang kamu lakukan?” Orang itu menjawab, “Jika aku melihat duri, maka aku menyingkir darinya, atau aku melompatinya atau aku tahan langkah”. Maka berkata Abu Hurairah, ”Seperti itulah takwa.”

11
Karakteristik orang yang bertakwa secara umum dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori / indikator ketaqwaan:
1.   Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, Kitab-kitab dan para nabi, iman kepada hari kiamat, serta qada dan qadar dengan kata lain instrumen ketaqwaan yang pertama ini dikatakan dengan memelihara Fitrah Iman.
2.   Mengeluarkan harta yang dikasihinya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang putus di perjalanan, Atau dengan kata lain mencintai umat manusia.
3.   Mendirikan shalat, puasa dan zakat
4.   Menepati janji
5.   Sabar disaat kepayahan, dan memiliki semangat perjuangan
6.   Menahan amarah dan memaafkaan orang lain.

E. Hubungan Takwa dengan Allah SWT
Seseorang yang bertakwa (muttaqin) adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan dengan-Nya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindari dari kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
Memelihara hubungan dengan Allah SWT dimulai dengan melaksanakan tugas (ibadah) secara sungguh-sungguh dan ikhlas, dan memelihara hubungan dengan Allah SWT dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah SWT.

12

F. Hubungan Takwa dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi sesama manusia yang bertakwa akan dapat dilihat dari peranannya ditengah-tengah masyarakat. Sikap takwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk mendorong orang lain, melindungi yang lemah dan berpihak pada kebenaran dan keadilan
Hubungan Takwa dengan Diri sendiri :
1.   Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan, maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah adalah menerima dan melaksanakan perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terhadap upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik.
2.   Tawakkal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakkal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah SWT yang menentukan.
3.   Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesame manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih terhadap apa saja yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah mengucapkan hamdalah sedangkan bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai dengan keharusannya.
4.   Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensinya dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai – nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sifat – sifat buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya.

13
G. Keterkaitan Antara Keimanan Dan Ketakwaan

Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya keduanya saling memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat meraih ketakwaan. Karena setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.
Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan bagian dan kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut merupakan konsekuensi dari keimanan seseorang harus menterjemahkan keyakinannya menjadi kongkret dan menjadi satu sikap budaya untuk mengembangkan amal saleh.
Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang yang beriman” dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau iman dan takwa sangat dekat. Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang secara kongkrit membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar seseorang hamba yang menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.
Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah dalam sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-taqwa” (iman itu telanjang dan pakaiannya adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti dengan melakukan amal saleh (taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka imannya masih telanjang tanpa pakaian.
Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah punya keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat tauhid dan kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya

14
H. TUHAN YANG MAHA ESA

Ke-Esaan Tuhan sebagaiman dinyatakan dalam Al-quran surat Al-ikhlas menunjukkan bahwa islamlah agama yang benar-benar menganut faham monotheisme yang murni. Pengertian Ke-Esaan Tuhan menurut agama selain islam dapat dikatakan tidak murni,karena masih mengakui Tuhan-Tuhan yang lain. Ke-Esaan Tuhan menurut Al-quran adlah pengertian yang dapat di mengerti oleh akal pikiran yang sehat. Masalah KeTuhanan merupakan suatu hal yang pokok dalam setiap agama,sehingga suatu agama yang tidak ada atau tidak jelas Tuhan-Nya maka bukanlah agama. KeTuhanan Yang Maha Esa mempunyai penafsiran yang berbeda diantara satu agama dengan agama yang lain. Pebedaan tersebut harus diterangkan supaya berdasarkan pengertian tentang adanya perbedaan itu akan timbul saling pengertian dan menghargai antara satu sama lain,sehingga tidak menimbulkan pertengkaran atau perpecahan dalam kehidupan masyarakat. Dalam agama islam dinyatakan dalam Al-quran surat Al-ikhlas ayat 1-4 yang artinya
1.Katakanlah,"Dialah Allah Yang Maha Esa
2.Allah tempat meminta segala sesuatu
3.Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan
4.Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia
     Jika ada Tuhan selain Allah,maka alam semesta tidak stabil dan tidak ada hukum alami yang dapat berjalan.Menurut islam semua yang ada di dalam alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau satu kemauan yang kreatif sebab Sang Pencipta-Nya adalah satu.
Tuhan Yang Maha Esa itu,Tuhan itu satu atau Allah itu satu.Mengapa satu? kalau Allah ada dua pasti akan berebut menciptakan semua yang ada dilangit dan dibumi.Semua yang ada dilangit dan dibumi adalah ciptaan Allah.Jadi Allah itu satu tidak ada yang lain.allah itu tidak sama dengan ciptaan-Nya.llah menciptakan bulan,bintang,matahari,awan,gunung,laut,manusia,hewan,tumbuh-tumbuhan dan masih banyak lagi.Semua ciptaan Allah itu tidak sama dengan Allah
15
BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Berdasarkan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian Takwa secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “la illaha illa Allah”. Susunan kalimat tersebut dimulai dengan peniadaan. Yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan penegasan “melainkan Allah”. Hal ini berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan diri dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, sehingga yang ada dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yaitu Allah.

B. Saran
Sebagai  pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk  lebih memperbaiki atau memperdalam kajian ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al Karim
Agung Sukses, Konsep Ketuhanan Dalam Islam,
http://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/ (diakses pada 24 September 2011)
Ahmadi, Abu, dkk.1991. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Bumi Aksara
Dr. M. Yusuf Musa, 1984, Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam (editor : DR. Ahmad
Daudy, MA) Jakarta : Bulan Bintang.
Kamal, Konsep Ketuhanan Dalam Filsafat Shadrian,
http://eurekamal.wordpress.com/2007/06/25/konsep-ketuhanan-dalam-filsafat-shadrian/ (diakses pada 24 September 2011)
Pringgabaya, Konsep Ketuhanan,
http://pringgabaya.blogspot.com/2011/01/konsep-ketuhanan.html (diakses pada 24 September 2011)
Prof. Dr. H. M Rasjidi, 1978, Filsafat Agama, Cetakan keempat, Jakarta : Bulan Bintang
Sayyid Mujtaba Musawwi Lari, 1989. God and His Attributes: Lessons on Islamic Doctrine.
Cet. 1. (Terj. Ilham Mashuri dan Mufid Ashfahani). Mengenal Tuhan dan Sifat-SifatNya. Jakarta: PT. Lentera Basritama.
Yunus, Muhammad.1997.Pendidikan Agama Islam untuk SLTP.Jakarta,Erlangga
www.agungsukses.wordpress.com
www.qodirjae.wordpress.com/2008/05/20/keimanan-dan-ketaqwaan/
www.tafany.wordpress.com
www.wikipedia.com
www.sahabatilmu.blogspot.com

17
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................I
Daftar Isi.....................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................1
Rumusan Masalah.....................................................................................1
Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
Filsafat Ketuhanan Islam...........................................................................3
Siapakah Tuhan Itu..................................................................................4-6
Pembuktian Wujud Tuhan........................................................................7-8
Keimanan dan Ketakwaan......................................................................9-12
Hubungan Takwa dengan Allah...............................................................12
Hubungan Takwa dengan sesama Manusia............................................13
Keterkaitan antara keimanan dan ketakwaan..........................................14
Tuhan yang Maha Esa.............................................................................15
BAB III PENUTUP....................................................................................................16
Kesimpulan...............................................................................................16
Saran........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

II

Tugas 1
MAKALAH AGAMA ISLAM
KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISAM

Di Susun Oleh :
  
         NAMA    : Nur Alim STB               : 161060      
              Fatur Amirullah   161061   
                              Muh Risal Mujahid Albani       161284   
      Adry
                       KELAS          : F (Sistem Informasi)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) DIPANEGARA MAKASSAR 2017

0 Response to "Makalah KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISLAM "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel